Belajar Membalas Kebaikan


Bismillahir Rahmaanir Rahim
"Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang berbuat baik kepadamu, balaslah kebaikannya. Jika anda tidak mampu, maka do’akanlah dia sampai dia mengetahui bahwa kalian telah memberinya yang setimpal.” (Shahih; Ash Shahihah : 254 : HR. Abu Dawud : 9 Kitab Az Zakah, 38 - Bab ‘Athiyatu Man Sa-ala billah)"
Saat itu seperti biasa kemacetan menghiasi disepanjang jalan di depan sebuah kawasan pusat perniagaan. Mobil dan motor berjajar panjang dan rapat seperti sebuah barisan parade. Belum lagi suara klakson yang saling beradu keras dan bersahutan, sehingga memekakkan bagi telinga yang mendengarnya.

Diantara keramaian tersebut, terlihat beberapa pedagang koran, minuman dan pengamen jalanan berjalan hilir mudik seperti berusaha merebut perhatian para pengguna jalan tersebut. Tak jauh dari sana, tampak seorang pemuda menyeka wajahnya yang berkeringat karena diterpa panasnya sinar mentari.
Pemuda itu terus berjalan menuju halaman sebuah Masjid yang letaknya tidak jauh dari keramaian jalan. Berbeda dengan jalan raya yang dipenuhi dengan orang-orang dan rangkaian kemacetan yang panjang, di Masjid itu hanya tampak beberapa orang yang sedang duduk di teras Masjid.

Mereka semua sedang bersiap-siap untuk mengambil air wudhu seiring suara muadzin yang terdengar sedang mengumandangkan panggilan sholat. Pemuda tersebut kemudian semakin berlari kecil, dan begitu tiba disana dia-pun segera melepaskan sepatunya untuk turut bergabung bersama denganj ama’ah lainnya yang sedang mengambil air wudhu.

Tiba-tiba dari arah belakang pemuda tersebut datang seorang anak kecil menyapa si pemuda tersebut. “Pak, sepatunya mau disemir?” tanyanya sambil berjongkok di depan pemuda itu. Pemuda itu diam sejenak sambil kemudian melihat sepasang sepatunya. “Wah, sepatu saya masih bersih dan paling cuma kena debu. Tapi kalau kamu mau, tolong disemir ya?” ucap pemuda itu sambil kemudian tersenyum kepada anak kecil itu.

“Beres Pak, saya jamin bakal disemir sampe mengkilat.” lanjut anak tersebut sambil mengacungkan jempolnya. Usai sholat Dzuhur berjamaah dan berdzikir, dari balik jendela pemuda tersebut menyaksikan anak itu telah duduk dan menjaga sepatunya. Hanya pantulan cahaya matahari saat itu yang kebetulan mengenai sepasang sepatunya, yang sekaligus membuktikan bahwa anak itu benar-benar melakukan pekerjaannya dengan baik.

Pemuda itupun segera menghampirinya dan kemudian berkata, “Wah, sepertinya sudah bersih nih? Mengkilap banget lagi. Berapa dik?” tanya pemuda itu sambil merogoh sesuatu dari saku celananya. “Seikhlasnya Bapak aja, yang penting buat saya halal”, jawab anak itu yang sekaligus membuat saya salut mendengar jawabannya.

Pemuda itupun mengeluar selembar uang dari sakunya dan menyerahkan kepada anak itu, “Saya gak ada kembaliannya Pak” timpal anak itu begitu menerima selembar uang tersebut. “Itu semua buat kamu, memang rezeki kamu kok” jawab pemuda itu kembali.

“Gak salah nih Pak? Alhamdulillah Ya Allah” jawab anak itu dengan wajah sedikit terpana dan sambil keheranan melihat selembar uang itu sekaligus memperhatikan pemuda itu. Tiba-tiba pembicaraan itu terhenti sejenak karena handphone pemuda tersebut berbunyi. “Lagu apaan tuh Pak, kok gak ada suara yang nyanyi kayak orang lain? Tapi saya kok suka dengerinnya.” tanya anak itu dengan begitu lugunya saat mendengar lagu yang terdengar dari handphone pemuda itu.

“Oh, lagu ini? kamu mau dengar lagi?” tanya pemuda itu sambil tersenyum. Pemuda itupun kemudian memutar lagu itu kembali dan membiarkan anak itu menikmati alunan lagu itu. “Lagunya kok kayak lagu sedih ya? malah saya tadi sampe nangis, gak tau kenapa”, komentar anak itu sambil berusaha menyeka air matanya yang menetes dan membasahi pipinya. “Kamu habis ini mau kemana lagi?” tanya pemuda itu.

“Mau keliling lagi, tapi gak tau kenapa saya jadi betah disini. Padahal saya jarang banget mangkal di Masjid ini.” jawab anak itu sambil merapihkan peralatannya ke dalam tas gendongnya yang sepertinya sudah terlihat lusuh.

“Kok saya jadi pengen sholat lagi habis denger lagu tadi, gak tau kenapa. Tapi saya boleh minta tolong gak, Pak?, Bapak tolong yang gantian jagain tas saya, kan tadi saya juga dah jagain sepatu Bapak” celoteh anak itu sambil tertawa kecil. Pemuda itu terdiam sejenak dan sejenak melihat ke arah jam tangannya, kemudian pemuda itu mengangguk sambil tersenyum yang menandakan kesediaannya untuk menjaga tas milik penyemir sepatu itu.

Tak berapa lama kemudian, anak itu kembali sambil tersenyum dan berkata, “Kalo tadi saya nyemir dan jagain sepatu Bapak terus dikasih duit. Sekarang Bapak kan dah jagain tas saya, terus saya gak bisa kasih duit. Jadi tadi waktu saya habis sholat, saya cuma bisa do’ain aja buat Bapak. Gak tau kenapa saya mau ngedo’ain Bapak, gak apa-apa kan Pak?” jelas anak itu dan itulah yang pemuda itu semakin memandang anak itu dengan seksama.

Bahkan tak terasa sepasang mata pemuda itu mulai basah saat memperhatikan dan mendengar ucapan dari anak itu. “Idih Bapak gantian mau nangis kayak saya tadi.” celetuk anak itu sambil menunjuk ke arah wajah pemuda itu. Subhanallah, anak sekecil itu ternyata sudah mengerti akan membalas kebaikan seseorang. Namun untuk anak seumur dia, jawabannya sudah terdengar sangat bijak dan membuat segenggam hati yang mendengarnya terasa bergetar.

Pemuda itu kemudian menarik tangan anak itu dan memintanya duduk disampingnya. Sambil dia merogoh kembali saku celananya, selembar uang kembali diambil dari saku celananya dan diserahkan kepada anak itu. “Buat apaan nih Pak? Kan tadi Bapak sudah kasih saya.” tanya anak itu keheranan.

“Apa yang telah saya berikan ini adalah untuk sesuatu yang tidak akan pernah bisa saya bayar dengan uang, tapi anggaplah itu sebagai rasa terima kasih saya. Dan sekaligus ini adalah sebagai rasa syukur saya kepada Allah yang telah berkenan mempertemukan saya dan kamu disini. Saya harap kamu mau menerimanya. Assalamu’alaikum.” jelas pemuda itu sambil berpamitan dan meninggalkan anak itu dalam keheranan.

“Wa’alaikum salam.” jawab anak itu dengan wajah yang diselimuti keheranan dan kian terdengar pelan seiring langkah kecil pemuda yang telah meninggalkan Masjid itu.

Peristiwa seperti ini mungkin pernah terjadi dalam rangkaian perjalanan kehidupan kita, namun tidak semua orang dapat mengambil makna yang tersirat dari peristiwa itu. Karena peristiwa tersebut hanyalah diantara cara Allah menunjukkan dan sekaligus mengingatkan hamba-hamba-Nya dalam mensyukuri setiap nikmat yang diberikan-Nya. Sekaligus sebuah pelajaran yang sangat berharga dalam membalas setiap kebaikan dari orang terhadap kita.

Karena di dalam keadaan tertentu, mungkin tidak banyak orang yang mau belajar untuk menyadari kembali atas kebaikan yang pernah diberikan oleh orang lain, meskipun keberadaan orang itu mungkin tiada berarti sama sekali dalam kehidupan kita meski dalam hitungan waktu yang teramat singkat.

Dan mungkin tiada seorangpun yang akan mengetahui tentang apa yang sesungguhnya telah dilakukan oleh anak kecil itu selama di dalam Masjid. Bahkan mungkin tiada seorangpun yang mengetahui atas sepenggal do’a seperti apa yang telah dipanjatkan olehnya. Hanyalah sebuah keyakinan yang harus kita akui disaat meyakini bahwa ada sesuatu yang sepertinya tak melihat dan tak mendengar, namun sesungguhnya Dia Maha Melihat lagi Maha Mendengar.

Dan bisa jadi ketika Allah mendengar do’a dari anak kecil yang begitu polosnya, mungkin hanya sepenggal do’a seperti itulah yang langsung dikabulkan Allah. Karenanya do’anya yang tulus suci dan tanpa beban kepentingan apapun, dari seorang anak manusia yang ingin belajar berbagi dalam ketiaadaan yang dimilikinya, namun dia memiliki sesuatu yang sangat suci, keikhlasan di dalam do’anya.

semoga bacaan ini bisa menjadi hikmah bagi yang membacannya. aamiin
wassalam

4 Komentar:

  1. kakaakin mengatakan...:

    Subhanallah...
    Kita bisa belajar tentang sebuah keikhlasan, yang selama ini cenderung tertutup oleh kesombongan hati...

  1. Banyu Kusuma mengatakan...:

    dan arti sebuah keikhlasan salah satunya bisa didapat dengan saling berbagi antar sesama, dan mereka yang tahu arti berbagi itu jauh dari kesombongan dalan hatinya. :)

  1. Putri Serindang Bulan mengatakan...:

    Aamiin :') Saling berbaik-baikan dan saling membalas kebaikan itu indah mas banyu, ketika kita menerima kebaikan seseoran, hati ini rasanya membara ingin membalas kebaikannya pula.

  1. Banyu Kusuma mengatakan...:

    setuju neng putri,
    walau hanya sebait do'a yang dipanjatkan untuk pemberi kebaikan terhadap kita. bagi dia (pemberi kebaikan) adalah sebuah anugrah dan tidak sebanding dengan banyaknya nominal uang. :)

Posting Komentar