Ibu,
Beban seakan tak pernah ada habisnya. Bahkan, kian lama kian memberatkan
pundakmu, engkau berusaha sendirian untuk menghidupi kami anakmu walau urat
malu putus pun kau tak hiraukan. “Ini demi anakku”, mungkin kalimat ajaib itu
yang selalu engkau sematkan dalam sanubari sehingga entah dari mana kekuatan
itu hadir dan mendorong semangat juangmu.
Cintamu bagai mata air zam-zam yang tak pernah habis sepanjang zaman,
kasih sayangmu selalu kau curahkan dengan bentuk ragam dan rupa, senyumanmu
selalu bersimpul padu dengan cinta kasihmu, lautan maaf selalu tercurah walau
pembangkangan kami setiap waktu selalu menyayat relung hati, meski air mata
menetes pilu engkau tetap tegar dan tersenyum untuk kami.